Prologue

216 38 0
                                    

Hidup kita itu seperti ancaman. Kita harus memilih tanpa tahu konsekuensinya apa. Jika menginginkan itu maka kita akan menunjuk hal itu menjadi pilihan kita. Namun, jika kita tersalah maka kita akan menyalahkan takdir tanpa mengingat bahwa kita lah yang sendiri memilih hal itu.

(***)

Gerimis itu mengundang suasana yang mendung, sama seperti hati anak kecil yang kini bermain ayunan tanpa sadar gelapnya langit di atas kepalanya itu.

"Tuhan, apa dirimu tidak ingin mengabulkan doaku? di mana keluarga ku? aku ingin bertemu dengan mereka, ingin merasa disayangi, diriku iri melihat keluarga yang harmoni. Apa lagi melihat anak-anak seusiaku merengek ke ayah dan bunda nya buat dibelikan sesuatu yang jelas keinginan mereka" gumam anak kecil itu sambil menendang kecil rerumput yang dipijaknya saat ini.

"Anaknya bunda kok masih disini ayo masuk ke panti, nanti yang ada kamu malah sakit" kata seorang wanita paruh baya yang selama ini telah berjasa membantu dan setia menjaganya dan kecil hingga saat ini, bunda Aira pemilik panti yang saat ini ditempati Stevan.

"Bunda? Stevan sudah berusia 12 tahun loh, apa bunda masih ingin menutupi segalanya? Mana keluarga ku bunda? Aku ingin bertemu mereka. Walau mata ini ga pernah menatap mereka, tapi hati tidak bisa berbohong untuk tidak merindui mereka, apa aku anak yang dibuang atau tak diinginkan ya bunda?" kata Stevan membuatkan bunda Aira menggelengkan kepalanya menandakan apa yang diucapkan Stevan semua tidak benar

"Stevan bukan anak yang tidak diinginkan cuma saja, takdir kamu sudah tertulis oleh Tuhan, ingat apapun yang terjadi jangan pernah merengek dan mengeluh" Jawab bunda Aira dan hanya diberi anggukan kecil oleh Stevan

"Sudah sekarang masuk yuk disini dingin nanti kamu sakit yang ada di omel sama bang Daniel dan bang Arsya, memangnya kamu mau?" Tambah bund Aira lagi biar Stevan ingin masuk ke rumah dan buat menghindari anak itu dari sakit.

"Baik bunda" Kata Stevan memberi senyum tipis pada bund Aira

Di balik tangisan si kecil, ada tempat yang berhuni tapi disangka tak berhuni. Setelah kehilangan buah hati mereka, tempat itu seperti kosong dan dingin tiada keceriaan dan harmonisnya sama sekali.

"Mas, anakku? apa kamu sudah menemuinya?" Tanya wanita di hadapan lelaki yang tidak lain adalah suaminya sendiri

"Berikan mas sedikit masa lagi ya sayang" katanya sambil mengusap rambut milik istrinya itu

"Sampai kapan mas? aku kangen sama anakku, 9 bulan dia di rahim ku mas, setelah lahir dirinya malah dibawa pergi. Apa itu adil buat ku mas? Cari Stevan untukku mas, Aku kangen anakku" Tangis wanita itu memeluk suaminya dengan air mata yang deras keluar.

"Mas janji buat mencari buah hati kita dan akan membawanya tinggal bersama kita disini." Kata sang suaminya itu

Namun dibalik semua itu, seseorang telah mendengar segalanya lalu membatin

"Gue ga akan biarin lo tenang hidup disini"

Stevan Devarone AnggaraWhere stories live. Discover now